BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehadiran media massa di tengah
perkembangan Ilmu dan teknologi semakin terasa penting. Informasi yang
disajikan kepada khalayak pun harus semakin cepat dan tepat. Ketidaktepatan
informasi yang sampai kepada khalayak akan menimbulkan ketidakpercayaan
khalayak terhadap media massa tersebut dan ketidak tepatan menyampaikan
informasi akan mengurangi kepercayaan pembaca. Perkembangan teknologi yang
semakin canggih, menuntut kita sebagai manusia untuk memperoleh pengetahuan yang
luas dengan memilih segala bentuk informasi penting melalui dari berbagai
media. Reportase merupakan salah satu sumber informasi yang dianggap penting
untuk di konsumsi. Selain itu, untuk memeperoleh informasi yang akurat, maka
reportase lah solusinya. Berangkat dari permasalahan di atas, perlu kiranya
kita mengkaji tentang reportase yang kami mulai dari pengertian sampai teknik
penulisan reportase yang baik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Reportase?
3. Apa Perbedaan Teknik Reportase?
C. Tujuan
A. Menjelaskan Pengertian Reportase
B. Menyebutkan Teknik Reportase
C. Membedakan Teknik Reportase
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Reportase
Sebagian orang mengatakan bahwa
reportase bukanlah sebuah berita karena bukan merupakan suatu peristiwa,
kejadian, atau kenyataan yang baru yaitu laporan suatu keadaan atau “laporan
perkembangan” suatu kejadianReportase lebih cenderung seperti kelanjutan berita
(news coubtiuity) atau berita tindak lanjut (follow up news).
Berdasarkan pemahaman tersebut
dapat disimpulkan bahwa reportase (report) adalah suatu laporan mengenai
keterangan lanjutan atas suatu kejaddian yang sudah banyak diketahui secara
luas. Menurut Djawoto dalam bukunya Djurnalistik dan Praktek (1959)
keterangan lanjutan (talking point) sangat diperlukan dan penting untuk
diketahui oleh khalayak luas. Biasanya menjadi bagian dari berita yang sangat
dinantikan. Misalnya, perkembangan berita tentang hilangnya pesawat terbang
Adam Air atau terbakarnya KMP lavina 1 di lepas pantai Kepulauan Seibu
Jakarta.
Menurut berbagai sumber resmi
misalnya, terbakarnya Lavina 1 bersumber dari muatan truk yang berisi bahan
kimia, bahan kimia tersebut kemudian terbakar. Itulah yang menyebabkan kapal
penumpang itu terbakar dan menelan banyak korban jiwa. Tentu saja keterangan
ini tidak memuaskan pembaca, pembaca ingin mengatahui lebih detail berita
tersebut.
Persoalan-persoalan seseperti bagaimana nasib
korban yang menjadi korban atau masalah santunan belum juga tuntas, jawaban
atas pertanyaan tersebut tentu ‘menarik’ bagi para pembaca dan laporan dari
inilah yang disebut dengan reportase, jadi diperlukan adanya pendalaman masalah
dan kelanjutan suatu peristiwa. Dalam dunia jurnalisme elektronik (radio dan
televisi) berita ini biasanya didapat dengan merekam keterangan-keterangan dari
berbagai narasumber mengenai suatu kejadian. Selain untuk memberi warna hal
tersebut juga bertujuan mengupas lebih dalam suatu masalah atau peristiwa yang
sedang hangat diperbincangkan.
Namun seperti
yang sudah disinggung sebelumnya, berita baru layak disebut sebagi berita bila
dilaporkan. Berdasarkan pernyataan ini sebagian orang mengatakan bahwa berita
itu adalah laporan (news is report), dengan kata lain adalah laporan
suatu peristiwa yang baru saja terjai (ingat bahwa salah satu syarat berita
adalah timelines) dari sudut pandang ini reportase dilihat sebagai
sesuatu yang bukan berita tidak selamanya report berarti news. Berdasarkan
pemahaman tersebut reportase itu diartikan sebagai laporan atas sesuatu yang
lebih luas dari sekedar berita.[1]
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Reportase adalah sebuah
pelaporan atau pemberitaan, dikatakan juga sebagai teknik yang diajarkan pada
wartawan agar bisa melaporkan kejadian berdasarkan pengamatan atau sumber
tulisan.[2]
Menurut Kamus
Inggris – Indonesia, arti atau padanan dari
Reportase adalah melaporkan, memberi laporan, dan memberitakan.[3]
Merujuk pada Wikipedia, Pemberitaan atau Reportase adalah
laporan lengkap berupa pemberitaan penyelidikan yang merupakan pengkajian
fakta-fakta lengkap dengan latar belakang, trend/kecenderungan, yang mungkin
terjadi pada masa mendatang.[4]
Reportase adalah kegiatan jurnalistik
dalam meliput langsung peristiwa atau kejadian di lapangan. Wartawan mendatangi
langsung tempat kejadian atau TKP (Tempat Kejadian Perkara) lalu mengumpulkan
fakta dan data seputar peristiwa tersebut. Di sini, reporter selain melaporkan
apa yang dilihat di lapangan, juga memberikan tambahan informasi yang ada
relevansinya dengan peristiwa yang sedang berlangsung.[5]
Reportase adalah laporan tentang
suatu peristiwa yang ditulis untuk dimuat atau disiarkan media
massa, diperdagangkan melalui radio, dan ditayangkan melalui televisi[6]
Menurut pemahaman sederhana yang kami
ambil tentang Reportase adalah sebuah kegiatan Jurnalistik yang bertujuan untuk
mendapatkan informasi untuk dilaporkan atau diberitakan kepada masyarakat agar
masyarakat mengetahui kebenaran dan fakta akan satu hal. Bentuknya bisa berupa
tulisan, laporan suara seorang reporter, atau pun sebuah Video yang di dalamnya
reporter menjelaskan informasi tentang satu hal.
B. Teknik Reportase
Dalam Reportase ada 3 teknik yang biasa
dipakai untuk mengumpulkan informasi.
1. Observasi
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Observasi adalah peninjauan
secara cermat, mengawasi dengan teliti atau mengamati.[7]
Merujuk pada Wikipedia, Pengamatan atau Observasi adalah
aktivitas terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian
memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui
sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk
melanjutkan suatu penelitian.[8]
Observasi
merupakan pengamatan langsung terhadap
suatu objek yang ada di lingkungan yang sedang berlangsung meliputi berbagai
aktivitas perhatian terhadap kajian objek dengan menggunakan pengindraan.[9]
Kelebihan Observasi
a. Dapat mencatat hal-hal, perilaku pertumbuhan, dan
sebagainya pada waktu kejadian itu berlangsung atau sewaktu perilaku itu
terjadi.
b. Dapat memperoleh data dari subjek secara langsung,
baik yang dapat berkomunikasi secara verbal ataupun tidak.
Kelemahan Observasi
a. Diperlukan waktu yang lama untuk memperoleh hasil dari
suatu kejadian, misalnya adat penguburan suku Toraja dalam peristiwa ritual
kematian, maka seorang peneliti harus menunggu adanya upacara adat tersebut.
b. Pengamatan terhadap suatu fenomena yang berlangsung
lama, tidak dapat dilakukan secara langsung.
c. Adanya kegiatan-kegiatan yang tidak mungkin diamati,
misalnya kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya pribadi,
seperti kita ingin mengetahui perilaku anak saat orang tua sedang bertengkar,
kita tidak mungkin melakukan pengamatan langsung terhadap konflik keluarga
tersebut karena kurang jelas.
2. Riset Data
Riset Data terdiri dari dua kata yaitu Riset dan Data.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Riset adalah penyelidikan
(penelitian) suatu masalah secara bersistem, kritis, dan ilmiah untuk
meningkatkan pengetahuan dan pengertian, mendapatkan fakta yang baru, atau
melakukan penafsiran yang lebih baik.[10]
Data adalah keterangan yang benar dan
nyata atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau
kesimpulan)[11]
Jadi Riset Data adalah Data Penelitian
yang berati segala fakta dan angka yang dapat
dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi.[12]
3. Wawancara
Wawancara
adalah suatu proses yang diharuskan penafsiran dan penyesuaian terus menerus.
Wawancara adalah salah satu cara untuk mencari fakta dengan meminjam indera
sebuah peristiwa, mengutip pendapat atau opini narasumber. Kunci wawancara yang
baik, kata Mike Fancher, wartawan Seattle Times, “adalah memungkinkan
narasumber mengatakan apa yang sebenarnya dipikirkan, bukan memikirkan apa yang
mau dikatakan.”
Teknik
wawancara belum lazim digunakan sampai akhir abad ke-19. Ketika untuk pertama
kalinya sebuah wawancara disajikan sebagai suatu karya jurnalistik oleh James
Gordon Bannet pada tahun 1836, semua surat kabar mencemoohkannya sebagi
merendahkan jurnalisme karena katanya hanya memuat bualan. Pada abad ke 20
justru bisa dikatakan, puncak pencapaian karya jurnalistik yang hebat banyak
dihasilkan dari wawancara, dimlai dari James Reston sampai Bob Woodward dan
Carl Bernstein. Abad ke-20 dikatakan sebagai era interview journalism, jurnalisme
wawancara, dan itu berlanjut samapi sekrang, abad ke-21.
Hampir tak ada satu pun jenis
pekerjaan wartawan yang dilakukan tanpa mewawancarai seseorang untuk diminta
jasa atau bantuannya melengkapi informasi guna dipakai sebagai bahan
tulisannya. Dengan kata lain seseunggugnya wawancara itu telah menjadi tulang
punggung pekerjaan seorang wartawan.[13]
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Wawancara adalah tanya
jawab dengan seseorang (pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai
keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal, untuk dimuat dalam surat kabar,
disiarkan melalui radio, atau ditayangkan pada layar televisi. Atau tanya jawab
direksi (kepala personalia, kepala humas) perusahaan dengan pelamar pekerjaan.
Atau tanya jawab peneliti dengan narasumber.[14]
Merujuk pada Wikipedia, Wawancara (bahasa
Inggris: interview) merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan
berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah
untuk mendapatkan informasi yang
tepat dari narasumber yang terpercaya. Wawancara dilakukan dengan cara
penyampaian sejumlah pertanyaan dari pewawancara kepada narasumber.[15]
Wawancara adalah proses antara pewawancara (Interviewer)
dengan yang diwawancarai (Interviewee) melalui komunikasi langsung atau
dapat juga dikatakan sebagai proses percakapan tatap muka (face to face)
antara interviewer dengan interviewee dimana pewawancara bertanya langsung
tentang sesuatu aspek yang dinilai dan telah dirancang sebelumnya kepada yang
diwawancarai.[16]
Menurut Arikunto, wawancara merupakan dialog yang dilakukan
pewawancara untuk memperoleh informasi dari narasumber.
Kelebihan
a. Wawancara memberikan
kesempatan kepada pewawancara untuk memotivasi orang yang diwawancarai untuk
menjawab dengan bebasa dan terbuka terhadap pertanyaa-pertanyaan yang diajukan.
b. Memungkinkan
pewawancara untuk mengembangkan pertanyaanpertanyaan sesuai dengan situasi yang
berkembang.
c. Pewawancara dapat
menilai kebenaran jawaban yang diberikan dari gerak-gerik dan raut wajah orang
yang diwawancarai.
d. Pewawancara dapat
menanyakan kegiatan-kegiatan khusus yang tidak selalu terjadi.
Kekurangan
a. proses wawancara
membutuhkan waktu yang lama, sehingga secara relatif mahal dibandingkan dengan
teknik yang lainnya.
b. Keberhasilan hasil
wawancara sangat tergantung dari kepandaian pewawancara untuk melakukan
hubungan antar manusia.
c. Wawancara tidak
selalu tepat untuk kondisi-kondisi tenpat yang tertentu, misalnya di
lokasi-lokasi yang ribut dan rmai.
d. Wawancara sangat
menganggu kerja dari orang yang diwawancarai bila waktu yang dimilikinya sangat
terbatas.
C. Perbedaan
Teknik Reportase
|
Perbedaan
|
Observasi
|
Dilakukan dengan cara meninjau secara cermat, mengawasi
dengan teliti atau mengamati dan
mengumpulkan data / fakta di lokasi
|
Riset Data
|
Dilakukan dengan cara mencari referensi yang relevan
terkait dengan berita yang akan
ditulis
|
Wawancara
|
Dilakukan dengan cara menyampaikan
sejumlah pertanyaan kepada narasumber
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut pemahaman sederhana yang kami
ambil tentang Reportase adalah sebuah kegiatan Jurnalistik yang bertujuan untuk
mendapatkan informasi untuk dilaporkan atau diberitakan kepada masyarakat agar
masyarakat mengetahui kebenaran dan fakta akan satu hal. Bentuknya bisa berupa
tulisan, laporan suara seorang reporter, atau pun sebuah Video yang di dalamnya
reporter menjelaskan informasi tentang satu hal.
Observasi
merupakan pengamatan langsung terhadap
suatu objek yang ada di lingkungan yang sedang berlangsung meliputi berbagai
aktivitas perhatian terhadap kajian objek dengan menggunakan pengindraan
Riset Data merupakan Data Penelitian yang berati segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk
menyusun suatu informasi
Wawancara merupakan dialog yang
dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi dari narasumber.
DAFTAR PUSTAKA
A.
Muri Yusuf. 2005. Metodologi Penelitian : Dasar-Dasar Penyelidikan Ilmiah.
Padang : UNP Press.
A.S.
Hornby - E.C.Parnwell dan Siswoyo. Kamus
Inggris –Indonesia. Indira
Abdullah, Yanuar. 2000. Dasar-Dasar Kewartawanan.
Padang : Angkasa Raya
Arikunto,
Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto,
Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Barus
Sedia Willing. 2010. Jurnalistik : Petunjuk Teknis Menulis Berita.
Jakarta : Erlangga
Hikmat
dan Purnama, Kusmumaningrat. 2012. Jurnalitik : Teori dan Praktik.
Bandung : Remaja Rosdakarya
Yurnaldi.
2007. Kiat Praktis Jurnalistik. Padang : Angkasa Raya
https://kbbi.web.id/reportase
[1] Barus Sedia
Willing. 2010. Jurnalistik : Petunjuk Teknis Menulis Berita. Jakarta :
Erlangga
[2]
https://kbbi.web.id/reportase
[3] A.S. Hornby - E.C.Parnwell dan Siswoyo. Kamus
Inggris –Indonesia. Indira
[5]
Yurnaldi. 2007. Kiat Praktis Jurnalistik. Padang : Angkasa Raya
[6] Abdullah, Yanuar. 2000. Dasar-Dasar Kewartawanan.
Padang : Angkasa Raya
[7]
https://kbbi.web.id/observasi
[9] Arikunto, Suharsimi.
2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
[10]
https://kbbi.web.id/riset
[11]
https://kbbi.web.id/data
[12] Arikunto,
Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
[13] Hikmat dan
Purnama, Kusmumaningrat. 2012. Jurnalitik : Teori dan Praktik. Bandung :
Remaja Rosdakarya
[14]
https://kbbi.web.id/wawancara
[16] A.
Muri Yusuf. 2005. Metodologi Penelitian : Dasar-Dasar Penyelidikan Ilmiah.
Padang : UNP Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah yang sopan dan jangan buang waktu untuk melakukan spam. Terima kasih.