Halaman

Senin, 09 Desember 2019

Fakta dan Opini

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Jurnalistik didefinisikan sebagai suatu keterampilan atau kegiatan mengolah bahan berita, mulai dari peliputan sampai pada penyusunan yang layak disebarluaskan kepada masyarakat secara rutin setiap hari, melalui surat kabar dan majalah atau memancarkannya melalui siaran radio dan siaran televisi. Pesatnya kemajuan media informasi dewasa ini cukup memberikan kemajuan yang signifikan. media cetak maupun elektronik pun saling bersaing kecepatan sehingga tidak mungkin bila pemburu berita dituntut kreatifitasnya dalam menyampaikan berita atau informasi.
Keberadaan media tidak lagi sebatas menyampaikan informasi yang aktual kepada masyarakat, tapi media juga mempunyai tanggung jawab yang berat dalam menyampaikan fakta-fakta untuk selalu bertindak objektif dalam setiap pemberitaannya. Selain itu, seorang jurnalis atau wartawan tentunya harus memiliki keterampilann menulis. Keterampilan menulis itu tidak hanya terampil menulis berita, tetapi juga keterampilan menulis jenis tulisan lainnya. Misalnya terampil menulis feature, opini, esai, dan lain sebagainya.

Membedakan fakta dan opini merupakan tugas berikutnya dari seorang jurnalis setelah ia terjun ke lapangan. Fakta dan opini harus dipisahkan dalam karya jurnalistik. Hal tersebut sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia pasal 5 yang menyebutkan, wartawan tidak boleh mencampurkan fakta dan opini. Wartawan harus memisahkan fakta dan opini dalam menulis berita atau melaporkan peristiwa. Mencampuradukkan keduanya, dapat mengaburkan kronologis berita dan tidak bisa dipertanggugjawabkan. Penyakit inilah yang terjadi pada kalangan jurnalis. Terkadang ada saja jurnalis yang asal menyambungkan fakta seolah-olah menjadi satu kesatuan, sehingga apa yang sekilas dianggap fakta ternyata hanya sebatas opini.
 Fakta adalah mencerminkan kondisi sebenarnya dari apa yang dilihat. Sedangkan opini menggambarkan sesuatu hanya berdasarkan penilaian pribadi atau subjektif. Dengan demikian untuk menghindari keliruan tersebut, maka pembahasan makalah kali ini yaitu tentang Fakta dan Opini.
B.       Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.        Apa yang dimaksud dengan fakta?
2.        Apa yang dimaksud dengan opini?
3.        Apa saja perbedaan fakta dan opini?
C.      Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui tentang fakta.
2.    Untuk mengetahui tentang opini.
3.    Untuk mengetahui perbedaan fakta dan opini.




BAB II
PEMBAHASAN
A.      Fakta
1.        Pengertian Fakta
Fakta berasal dari bahasa Latin yaitu factus yang bisa diartikan  sebagai hal atau peristiwa yang benar-benar ada atau terjadi dan bisa dibuktikan kebenarannya. Informasi yang didengar dapat disebut fakta apabila informasi itu merupakan peristiwa yang berupa kenyataan yang benar-benar ada dan terjadi. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, fakta adalah hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan, sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Kalimat yang berisi ada pelaku, tempat kejadian, waktu, jumlah, bagaimana kejadian/ peristiwa tersebut terjadi, atau ada rincian yang jelas, serta tidak bisa dibantah kebenarannya, maka kalimat tersebut berupa kalimat fakta.
Pekerjaan wartawan sebenarnya memburu fakta. Fakta itu terutama harus ditemukan lebih dulu, baru kemudian dilaporkan. Itulah sebabnya orang menyebut pekerjaan wartawan itu dengan istilah “reporter.” Fakta itu sendiri sangat banyak dan berkaitan. Suatu fakta tidak ada yang berdiri sendiri. Fakta dihubungkan dengan fakta yang ada dalam suatu peristiwa lain. Oleh sebab itu, fakta harus dikumpulkan dan diolah agar menjadi sebuah informasi yang berguna, penting, dan menarik bagi orang lain. Kemampuan untuk mengaitkan berbagai fakta merupakan salah satu ciri dan menunjukkan kualitas kewartawanan seseorang.[1]
2.        Mengumpulkan Fakta
Dalam melakukan pengumpulan fakta, hal-hal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
a.    Interview: mengumpulkan informasi melalui kontak langsung dengan pemakai untuk kesepahaman terhadap sistem, masalah-masalah sistem dan permintaan pemakai.
b.    Presentasi internal: bilamana perlu, analisis sistem meminta personel bagian tertentu utuk presentasi internal yang secara formal menggambarkan atau menampilkan informasi dalam bagian tersebut.
c.    Pemeriksaan literatur internal: meliputi pemeriksaan dokumen, bagan organisasi, DFD, flowchart dan manual-manual yang lain yang merupakan sumber informasi tentang sistem informasi atau sistem operasi bagian tersebut.
d.   Pengamatan: analisis sistem melakukan walkthrough, yaitu mengikuti proses transaksi yang ada pada sebuah bagian dari awal sampai akhir.
e.    Pemeriksaan file-file: setelah langkah 1-4 dilakukan, dilakukan pemeriksaan terhadap file-file yang berhubungan dengan  pemrosesan transaksi.[2]
3.        Ciri-Ciri Fakta
Kalimat fakta mempunyai beberapa ciri, antara lain sebagai berikut:
1)        Dapat dibuktikan kebenarannya.
2)        Memiliki data yang akurat misalnya tanggal, tempat, waktu kejadian.
3)        Memiliki narasumber yang dipercaya.
4)        Bersifat ojektif (apa adanya dan tidak dibuat-buat) yang dilengkapi dengan data berupa keterangan atau angka yang menggambarkan keadaan.
5)        Sudah dipastikan kebenarannya
6)        Biasanya dapat menjawab pertanyaan: apa, siapa, dimana, kapan, berapa dengan jawaban yang pasti.
7)        Menunjukkan peristiwa telah terjadi.
8)        Kenyataan.
9)        Infomasi dari kejadian yang sebenarnya.
10)    Kalimat fakta adalah kalimat yang mengedepankan fakta nyata dan hasil temuan, dan sering kali menggunakan kutipan dari berbagai sumber sebagai penguat argumen, misalnya “berdasarkan tulisan Leonardo Da Vinci...”, mengutip kata Shakespeare...”, menurut hasil survey yang dilakukan oleh BSI...”,dan lain-lain.
B.       Opini
1.        Pengertian Opini
Opini secara harfiah adalah pendapat, pikiran, dan pendirian. Dalam konteks tulisan, opini adalah sejenis tulisan yang berisikan pendapat atau pikiran seseorang tentang suatu persoalan sesuai dengan bidang masing-masing. Menurut Herry Kamaroesid, opini adalah tulisan yang berisi pandangan atau pendapat seseorang tentang suatu permasalahan dan sebab akibat serta solusi-solusi yang ditawarkan oleh si penulisnya.[3]
Tulisan opini merupakan tulisan yang berisi gagasan, ulasan, atau kritik terhadap suatu topik hangat yang menjadi bahasan banyak pihak. Masalah yang terjadi dan dekat dengan kehidupan masyarakat layak menjadi tulisan opini. Opini biasanya memaparkan pemikiran analitis maupun sintetis tentang suatu topik melalui sudut pandang dan pemikiran yang kritis dan tajam. Opini adalah pendapat atau pandangan penulis yang bersifat subjektif. Biasanya, tulisan ini disajikan dengan bahasa ilmiah populer.
Tulisan opini sering terdapat media cetak. penulis opini dapat diilakukan oleh wartawan, namun lebih sering dilakukan oleh individu yang memiliki perhatian terhadap perkembanggan topik yang hangat dan mendapat sorotan masyarakat. Opini disajikan sebagai sarana untuk mensosialisasikan pemikiran kepada masyarakat. Tulisan opini mrupakan salah satu produk jurnalistik yang dikemas secara ilmiah populer, seperti penulisan cerpen atau puisi dalam bidang sastra. Seorang praktisi atau pengamat dalam bidang  tertentu dapat menjadi penulis opini. Dalam istiah lain, tulisan opini biasanya dibuat oleh kolomnis. Penulis yang tulisan opininya dimuat dan dipublikasikan pun mendapat imbalan honorarium tulisan.
Dalam realisasinya, tulisan opini yaang terdapat dalam media cetak relatif berbentuk karangan yang panjang, seperti esai ilmiah. Secara kuantitatif, tulisan opini memiliki ukuran yang berbeda pada kisaran 5.000 – 8.000 karakter melalui pengetikan komputer atau mencapai berbobot 30 – 50kb. Dalam tulisan opini, penulis wajib mencantumkan nama dan profesi yang ditekuninya. Hal ini sebagai bentuk pertanggungjawaban atas isi tulisan yang dibuat, di samping menunjukan sifat keilmiahan tulisan opini. [4]
Menulis opini yang paling penting adalah sesuai dengan bidang penulisannya. Artinya, untuk menyatakan pendapatnya secara tertulis terhadap suatu bidang, seseorang haruslah paham apa yang dia tulis. Seseorang yang akan menulis tentang politik, setidaknya dia pernah terlibat dalam dunia politik atau setidaknya orang yang terbiasa mengamati dunia politik berdasarkan keilmuannya. Biasanya juga disebut dengan akademisi dalam bidang politik. Begitu juga seseorang yang menulis tentang dunia pendidikan, sejatinya dia adalah orang yang sudah lama berkecimpung dalam dunia pendidikan itu.[5] 
2.        Acuan Menulis Opini
Beberapa acuan untuk dapat menulis opini yang baik dan berkualitas sehingga layak dipublikasikan di media cetak, antara lain seagai berikut:
a.         Topik yang ditulis merupakan masalah aktual yang sedang hangat dibicarakan dan mendapat perhatian kalangan masyarakat.
b.         Tulisan opini tidak bersifat menghasut atau memfitnah, maupun sebagai bentuk pemikiran kritis tentang opik yang ditulis.
c.         Tulisan opini menyajikan masalah pokok yang terjadi dan memberikan solusi alternatif.
d.        Opini diharapkan bersifat informatif dan sebagai wahana edukasi tentang topik yang ditulis.
e.         Satu tulisan opini yang dibuat tidak boleh dikirimkan keberbagai media cetak dalam waktu yang bersamaan.
f.          Opini yang dikembangkan dalam tulisan harus disesuaikan dengan visi dan misi media cetak yang dituju untuk dipublikasikan.[6]
3.        Ciri-Ciri Opini
Ciri-ciri kalimat opini adalah sebagai berikut:
1)        Tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
2)        Bersifat subjektif dan dilengkapi uraian tentang pendapat, saran, atau ramalan tentang sebab dan akibat terjadinya peristiwa.
3)        Tidak terdapat narasumber atau atas peemikiran sendiri.
4)        Tidak memiliki data yang akurat.
5)        Berisi tanggapan terhadap peristiwa yang terjadi, berisi jawaban atas pertanyaan: mngapa, bagaimana, atau lalu apa.
6)        Menunjukkan peristiwa yang belum atau akan terjadi pada masa yang akan datang (baru berupa rencana).
7)        Kalimat opini itu belum pasti kejadiannya dan biasanya diawali dengan kata seperti “menurut saya”, ”sepertinya”, ”saya rasa”.
8)        Pendapat atau argumen seseorang.
9)        Informasi yang belum dibuktikan kebenarannya.
10)    Biasanya menggunakan kata-kata: bisa jadi,  menurut, sangat, tidak mungkin, sebaiknya, atau seharusnya.
C.      Perbedaan Fakta dan Opini
Perbedaan Fakta dan Opini
No
Aspek yang dilihat
Fakta
Opini
1
Dari segi isi
sesuai dengan kenyataan
sesuai atau tidak sesuai dengan kenyataan bergantung pada kepentingan tertentu
2
Dari segi kebenaran
kebenaran fakta benar karena sesuai kenyataan
dapat benar atau salah bergantung data pendukung atau konteksnya 
3
Pengungkapan
cenderung deskriptif dan apa adannya
cenderung argumentatif dan persuasive
4
Penalaran
cenderung induktif
cenderung deduktif

Jika dilihat dari segi sisi, kebenaran, pengungkapan dan penalaran, terlihat jelas perbedaan fakta dan opini, fakta adalah hal atau peristiwa yang benar-benar terjadi, sedangkan opini suatu sikap pikiran seseorang terhadap persoalan yang ada dan kebenarannya masih perlu dibuktikan.
Contoh 1:
Pukul 18.50 WITA, Adam Air menegaskan bahwa kabar 90 tewas dan 12 selamat merupakan informasi masyarakat. Sepuluh menit kemudian, Menhub Hatta Rajasa menggelar jumpa pers di Lanud Hasanuddin yang menyatakan Adam Air masih hilang. Lokasi jatuhnya pesawat di Ranguan adalah benar. Nasib penumpang dan awak Adam Air masih gelap.
Contoh 2:
“Motor keluaran awal 2010 ini memiliki Kawasaki Automatic Compression Release (KACR), yaitu suatu system  decompression yang berguna memperingan saat menghidupkan mesin dengan kick starter. Selain itu adanya trendy muffler atau  sporty muffler, yaitu bentuk bergaya Kawasaki Ninja 250R sehingga tampilan lebih gagah. Untuk kredit, Anda dapat memanfaatkan Adira Finance,” Lanjut Yudi.
Dari contoh 1 dan contoh 2 dapat dilihat perbedaan fakta dan opini, dilihat dari segi isi, contoh 1 sesuai dengan kenyataan, sedangkan contoh 2 sesuai atau tidak sesuai dengan kenyataan bergantung pada kepentingan terentu, yaitu meyakinkan konsumen terhadap barang yang diawarkan. Dari segi kebenaran, contoh 1 mengenai jauhnya pesawat Adam Air benar terjadi, sedangkan contoh 2 dapat benar atau salah bergantung data pendukung atau konteksnya.
Dari segi pengungkapan contoh 1 cenderung deskriptif dan apa adanya, yaitu menggambarkan korban dari jatuhnya pesawat Adam Air, sedangkan contoh 2 cenderung argumentatif dan persuasif, yaitu membujuk atau memengaruhi konsumen agar tertarik pada motor yang ditawarkan dengan argumen yang dikatakan Yudi. Dari segi penalaran contoh 1 cenderung indukif, yaitu khusus-umum. Paragraf induktif dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan atau perincian-perincian, kemudian ditutup dengan kalimat utama. Pada contoh  2 penalaran cenderung deduktif, yaitu umum-khusus. Paragraf dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat utama. Kemnudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas yang berfungsi menjelaskan kalimat utama.








BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Fakta berasal dari bahasa Latin yaitu factus yang bisa diartikan sebagai hal atau peristiwa yang benar-benar ada atau terjadi dan bisa dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, fakta adalah hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan, sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Opini secara harfiah adalah pendapat, pikiran, dan pendirian. Opini adalah tulisan yang berisi pandangan atau pendapat seseorang tentang suatu permasalahan dan sebab akibat serta solusi-solusi yang ditawarkan oleh si penulisnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa fakta adalah mencerminkan kondisi sebenarnya dari apa yang dilihat. Sedangkan opini menggambarkan sesuatu hanya berdasarkan penilaian pribadi atau subjektif.



DAFTAR PUSTAKA

Azwar. 2018. 4 Pilar Jurnalistik. (Jakarta: Prenadamedia Group).
Barus, Sedia Willing. 2010. Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita. (Jakarta: Erlangga).
Kristanto, Andri. 2008. Perancangan Sistem Informasi dan Aplikasnya. (Yogyakarta: Gava Media).
Syukur, Abdul. 2017. Menjadi Penulis Profesional. (Malang: Beranda).
Yunus, Syarifudin. 2010. Jurnalistik Terapan. (Bogor: Ghalia Indonesia).
 



[1] Sedia Willing Barus,  Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita, (Jakarta: Erlangga, 2010), hal. 27.
[2] Andri Kristanto, Perancangan Sistem Informasi dan Aplikasnya, (Yogyakarta: Gava Media, 2008), hal. 46.
[3] Abdul Syukur, Menjadi Penulis Profesional, (Malang: Beranda, 2017), hal. 65).
[4] Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hal. 128-129.
[5] Azwar, 4 Pilar Jurnalistik, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), hal. 95.
[6] Syarifudin Yunus, Op.Cit., hal. 129-130).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah yang sopan dan jangan buang waktu untuk melakukan spam. Terima kasih.