BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Jurnalistik
didefinisikan sebagai suatu keterampilan atau kegiatan mengolah bahan berita,
mulai dari peliputan sampai pada penyusunan yang layak disebarluaskan kepada
masyarakat secara rutin setiap hari, melalui surat kabar dan majalah atau
memancarkannya melalui siaran radio dan siaran televisi. Pesatnya kemajuan
media informasi dewasa ini cukup memberikan kemajuan yang signifikan. media
cetak maupun elektronik pun saling bersaing kecepatan sehingga tidak mungkin
bila pemburu berita dituntut kreatifitasnya dalam menyampaikan berita atau
informasi.
Keberadaan
media tidak lagi sebatas menyampaikan informasi yang aktual kepada masyarakat,
tapi media juga mempunyai tanggung jawab yang berat dalam menyampaikan
fakta-fakta untuk selalu bertindak objektif dalam setiap pemberitaannya. Selain
itu, seorang jurnalis atau wartawan tentunya harus memiliki keterampilann
menulis. Keterampilan menulis itu tidak hanya terampil menulis berita, tetapi
juga keterampilan menulis jenis tulisan lainnya. Misalnya terampil menulis feature,
opini, esai, dan lain sebagainya.
Membedakan
fakta dan opini merupakan tugas berikutnya dari seorang jurnalis setelah ia
terjun ke lapangan. Fakta dan opini harus dipisahkan dalam karya jurnalistik.
Hal tersebut sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia pasal 5
yang menyebutkan, wartawan tidak boleh mencampurkan fakta dan opini. Wartawan
harus memisahkan fakta dan opini dalam menulis berita atau melaporkan
peristiwa. Mencampuradukkan keduanya, dapat mengaburkan kronologis berita dan
tidak bisa dipertanggugjawabkan. Penyakit inilah yang terjadi pada kalangan
jurnalis. Terkadang ada saja jurnalis yang asal menyambungkan fakta seolah-olah
menjadi satu kesatuan, sehingga apa yang sekilas dianggap fakta ternyata hanya
sebatas opini.
Fakta adalah mencerminkan kondisi sebenarnya
dari apa yang dilihat. Sedangkan opini menggambarkan sesuatu hanya berdasarkan penilaian
pribadi atau subjektif. Dengan demikian untuk menghindari keliruan tersebut,
maka pembahasan makalah kali ini yaitu tentang Fakta dan Opini.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini
yaitu sebagai berikut:
1.
Apa yang dimaksud dengan fakta?
2.
Apa yang dimaksud dengan opini?
3.
Apa saja perbedaan fakta dan opini?
C.
Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu
sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui tentang fakta.
2.
Untuk mengetahui tentang opini.
3.
Untuk mengetahui perbedaan fakta
dan opini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Fakta
1.
Pengertian Fakta
Fakta berasal dari
bahasa Latin yaitu factus yang bisa diartikan sebagai hal atau peristiwa yang benar-benar
ada atau terjadi dan bisa dibuktikan kebenarannya. Informasi yang didengar
dapat disebut fakta apabila informasi itu merupakan peristiwa yang berupa
kenyataan yang benar-benar ada dan terjadi. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia, fakta adalah hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan,
sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Kalimat yang berisi ada pelaku,
tempat kejadian, waktu, jumlah, bagaimana kejadian/ peristiwa tersebut terjadi,
atau ada rincian yang jelas, serta tidak bisa dibantah kebenarannya, maka
kalimat tersebut berupa kalimat fakta.
Pekerjaan
wartawan sebenarnya memburu fakta. Fakta itu terutama harus ditemukan lebih
dulu, baru kemudian dilaporkan. Itulah sebabnya orang menyebut pekerjaan
wartawan itu dengan istilah “reporter.” Fakta itu sendiri sangat banyak dan
berkaitan. Suatu fakta tidak ada yang berdiri sendiri. Fakta dihubungkan dengan
fakta yang ada dalam suatu peristiwa lain. Oleh sebab itu, fakta harus
dikumpulkan dan diolah agar menjadi sebuah informasi yang berguna, penting, dan
menarik bagi orang lain. Kemampuan untuk mengaitkan berbagai fakta merupakan
salah satu ciri dan menunjukkan kualitas kewartawanan seseorang.[1]
2.
Mengumpulkan Fakta
Dalam
melakukan pengumpulan fakta, hal-hal yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut:
a.
Interview: mengumpulkan informasi
melalui kontak langsung dengan pemakai untuk kesepahaman terhadap sistem,
masalah-masalah sistem dan permintaan pemakai.
b.
Presentasi internal: bilamana
perlu, analisis sistem meminta personel bagian tertentu utuk presentasi
internal yang secara formal menggambarkan atau menampilkan informasi dalam
bagian tersebut.
c.
Pemeriksaan literatur internal:
meliputi pemeriksaan dokumen, bagan organisasi, DFD, flowchart dan
manual-manual yang lain yang merupakan sumber informasi tentang sistem
informasi atau sistem operasi bagian tersebut.
d.
Pengamatan: analisis sistem melakukan
walkthrough, yaitu mengikuti proses transaksi yang ada pada sebuah
bagian dari awal sampai akhir.
e.
Pemeriksaan file-file: setelah
langkah 1-4 dilakukan, dilakukan pemeriksaan terhadap file-file yang
berhubungan dengan pemrosesan transaksi.[2]
3.
Ciri-Ciri Fakta
Kalimat fakta mempunyai beberapa ciri, antara
lain sebagai berikut:
1)
Dapat dibuktikan kebenarannya.
2)
Memiliki data yang akurat misalnya
tanggal, tempat, waktu kejadian.
3)
Memiliki narasumber yang dipercaya.
4)
Bersifat ojektif (apa adanya dan
tidak dibuat-buat) yang dilengkapi dengan data berupa keterangan atau angka
yang menggambarkan keadaan.
5)
Sudah dipastikan kebenarannya
6)
Biasanya dapat menjawab pertanyaan:
apa, siapa, dimana, kapan, berapa dengan jawaban yang pasti.
7)
Menunjukkan peristiwa telah
terjadi.
8)
Kenyataan.
9)
Infomasi dari kejadian yang
sebenarnya.
10)
Kalimat fakta adalah kalimat yang
mengedepankan fakta nyata dan hasil temuan, dan sering kali menggunakan kutipan
dari berbagai sumber sebagai penguat argumen, misalnya “berdasarkan tulisan
Leonardo Da Vinci...”, mengutip kata Shakespeare...”, menurut hasil survey yang
dilakukan oleh BSI...”,dan lain-lain.
B.
Opini
1.
Pengertian Opini
Opini secara
harfiah adalah pendapat, pikiran, dan pendirian. Dalam konteks tulisan, opini
adalah sejenis tulisan yang berisikan pendapat atau pikiran seseorang tentang
suatu persoalan sesuai dengan bidang masing-masing. Menurut Herry Kamaroesid,
opini adalah tulisan yang berisi pandangan atau pendapat seseorang tentang
suatu permasalahan dan sebab akibat serta solusi-solusi yang ditawarkan oleh si
penulisnya.[3]
Tulisan opini
merupakan tulisan yang berisi gagasan, ulasan, atau kritik terhadap suatu topik
hangat yang menjadi bahasan banyak pihak. Masalah yang terjadi dan dekat dengan
kehidupan masyarakat layak menjadi tulisan opini. Opini biasanya memaparkan
pemikiran analitis maupun sintetis tentang suatu topik melalui sudut pandang
dan pemikiran yang kritis dan tajam. Opini adalah pendapat atau pandangan
penulis yang bersifat subjektif. Biasanya, tulisan ini disajikan dengan bahasa
ilmiah populer.
Tulisan opini
sering terdapat media cetak. penulis opini dapat diilakukan oleh wartawan,
namun lebih sering dilakukan oleh individu yang memiliki perhatian terhadap
perkembanggan topik yang hangat dan mendapat sorotan masyarakat. Opini
disajikan sebagai sarana untuk mensosialisasikan pemikiran kepada masyarakat.
Tulisan opini mrupakan salah satu produk jurnalistik yang dikemas secara ilmiah
populer, seperti penulisan cerpen atau puisi dalam bidang sastra. Seorang
praktisi atau pengamat dalam bidang
tertentu dapat menjadi penulis opini. Dalam istiah lain, tulisan opini
biasanya dibuat oleh kolomnis. Penulis yang tulisan opininya dimuat dan
dipublikasikan pun mendapat imbalan honorarium tulisan.
Dalam
realisasinya, tulisan opini yaang terdapat dalam media cetak relatif berbentuk
karangan yang panjang, seperti esai ilmiah. Secara kuantitatif, tulisan opini
memiliki ukuran yang berbeda pada kisaran 5.000 – 8.000 karakter melalui
pengetikan komputer atau mencapai berbobot 30 – 50kb. Dalam tulisan opini, penulis
wajib mencantumkan nama dan profesi yang ditekuninya. Hal ini sebagai bentuk
pertanggungjawaban atas isi tulisan yang dibuat, di samping menunjukan sifat
keilmiahan tulisan opini. [4]
Menulis opini
yang paling penting adalah sesuai dengan bidang penulisannya. Artinya, untuk
menyatakan pendapatnya secara tertulis terhadap suatu bidang, seseorang
haruslah paham apa yang dia tulis. Seseorang yang akan menulis tentang politik,
setidaknya dia pernah terlibat dalam dunia politik atau setidaknya orang yang
terbiasa mengamati dunia politik berdasarkan keilmuannya. Biasanya juga disebut
dengan akademisi dalam bidang politik. Begitu juga seseorang yang menulis
tentang dunia pendidikan, sejatinya dia adalah orang yang sudah lama
berkecimpung dalam dunia pendidikan itu.[5]
2.
Acuan Menulis Opini
Beberapa acuan
untuk dapat menulis opini yang baik dan berkualitas sehingga layak
dipublikasikan di media cetak, antara lain seagai berikut:
a.
Topik yang ditulis merupakan
masalah aktual yang sedang hangat dibicarakan dan mendapat perhatian kalangan
masyarakat.
b.
Tulisan opini tidak bersifat
menghasut atau memfitnah, maupun sebagai bentuk pemikiran kritis tentang opik
yang ditulis.
c.
Tulisan opini menyajikan masalah
pokok yang terjadi dan memberikan solusi alternatif.
d.
Opini diharapkan bersifat
informatif dan sebagai wahana edukasi tentang topik yang ditulis.
e.
Satu tulisan opini yang dibuat
tidak boleh dikirimkan keberbagai media cetak dalam waktu yang bersamaan.
f.
Opini yang dikembangkan dalam
tulisan harus disesuaikan dengan visi dan misi media cetak yang dituju untuk
dipublikasikan.[6]
3.
Ciri-Ciri Opini
Ciri-ciri kalimat opini adalah
sebagai berikut:
1)
Tidak dapat dibuktikan
kebenarannya.
2)
Bersifat subjektif dan dilengkapi
uraian tentang pendapat, saran, atau ramalan tentang sebab dan akibat
terjadinya peristiwa.
3)
Tidak terdapat narasumber atau atas
peemikiran sendiri.
4)
Tidak memiliki data yang akurat.
5)
Berisi tanggapan terhadap peristiwa
yang terjadi, berisi jawaban atas pertanyaan: mngapa, bagaimana, atau lalu apa.
6)
Menunjukkan peristiwa yang belum
atau akan terjadi pada masa yang akan datang (baru berupa rencana).
7)
Kalimat opini itu belum pasti
kejadiannya dan biasanya diawali dengan kata seperti “menurut saya”, ”sepertinya”,
”saya rasa”.
8)
Pendapat atau argumen seseorang.
9)
Informasi yang belum dibuktikan
kebenarannya.
10)
Biasanya menggunakan kata-kata:
bisa jadi, menurut, sangat, tidak
mungkin, sebaiknya, atau seharusnya.
C.
Perbedaan
Fakta dan Opini
Perbedaan Fakta dan Opini
No
|
Aspek yang
dilihat
|
Fakta
|
Opini
|
1
|
Dari segi isi
|
sesuai dengan kenyataan
|
sesuai atau tidak sesuai dengan
kenyataan bergantung pada kepentingan tertentu
|
2
|
Dari segi kebenaran
|
kebenaran fakta benar karena
sesuai kenyataan
|
dapat benar atau salah bergantung
data pendukung atau konteksnya
|
3
|
Pengungkapan
|
cenderung deskriptif dan apa
adannya
|
cenderung argumentatif dan
persuasive
|
4
|
Penalaran
|
cenderung induktif
|
cenderung deduktif
|
Jika dilihat dari segi sisi, kebenaran,
pengungkapan dan penalaran, terlihat jelas perbedaan fakta dan opini, fakta adalah
hal atau peristiwa yang benar-benar terjadi, sedangkan opini suatu sikap
pikiran seseorang terhadap persoalan yang ada dan kebenarannya masih perlu
dibuktikan.
Contoh 1:
Pukul 18.50 WITA, Adam Air menegaskan bahwa
kabar 90 tewas dan 12 selamat merupakan informasi masyarakat. Sepuluh menit
kemudian, Menhub Hatta Rajasa menggelar jumpa pers di Lanud Hasanuddin yang
menyatakan Adam Air masih hilang. Lokasi jatuhnya pesawat di Ranguan adalah
benar. Nasib penumpang dan awak Adam Air masih gelap.
Contoh 2:
“Motor keluaran awal 2010 ini memiliki Kawasaki
Automatic Compression Release (KACR), yaitu suatu system decompression yang berguna memperingan
saat menghidupkan mesin dengan kick starter. Selain itu adanya trendy
muffler atau sporty muffler,
yaitu bentuk bergaya Kawasaki Ninja 250R sehingga tampilan lebih gagah. Untuk
kredit, Anda dapat memanfaatkan Adira Finance,” Lanjut Yudi.
Dari contoh 1 dan contoh 2 dapat
dilihat perbedaan fakta dan opini, dilihat dari segi isi, contoh 1 sesuai dengan
kenyataan, sedangkan contoh 2 sesuai atau tidak sesuai dengan kenyataan
bergantung pada kepentingan terentu, yaitu meyakinkan konsumen terhadap barang
yang diawarkan. Dari segi kebenaran, contoh 1 mengenai jauhnya pesawat Adam Air
benar terjadi, sedangkan contoh 2 dapat benar atau salah bergantung data
pendukung atau konteksnya.
Dari segi pengungkapan contoh 1 cenderung
deskriptif dan apa adanya, yaitu menggambarkan korban dari jatuhnya pesawat
Adam Air, sedangkan contoh 2 cenderung argumentatif dan persuasif, yaitu
membujuk atau memengaruhi konsumen agar tertarik pada motor yang ditawarkan
dengan argumen yang dikatakan Yudi. Dari segi penalaran contoh 1 cenderung
indukif, yaitu khusus-umum. Paragraf induktif dimulai dengan mengemukakan
penjelasan-penjelasan atau perincian-perincian, kemudian ditutup dengan kalimat
utama. Pada contoh 2 penalaran cenderung
deduktif, yaitu umum-khusus. Paragraf dimulai dengan mengemukakan persoalan
pokok atau kalimat utama. Kemnudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas
yang berfungsi menjelaskan kalimat utama.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Fakta berasal dari bahasa Latin
yaitu factus yang bisa diartikan sebagai hal atau peristiwa yang
benar-benar ada atau terjadi dan bisa dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan
Kamus Besar Bahasa Indonesia, fakta adalah hal (keadaan, peristiwa) yang
merupakan kenyataan, sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Opini secara
harfiah adalah pendapat, pikiran, dan pendirian. Opini adalah tulisan yang
berisi pandangan atau pendapat seseorang tentang suatu permasalahan dan sebab
akibat serta solusi-solusi yang ditawarkan oleh si penulisnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa fakta
adalah mencerminkan kondisi sebenarnya dari apa yang dilihat. Sedangkan opini
menggambarkan sesuatu hanya berdasarkan penilaian pribadi atau subjektif.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar. 2018. 4 Pilar Jurnalistik.
(Jakarta: Prenadamedia Group).
Barus, Sedia Willing. 2010. Jurnalistik
Petunjuk Teknis Menulis Berita. (Jakarta: Erlangga).
Kristanto, Andri. 2008. Perancangan
Sistem Informasi dan Aplikasnya. (Yogyakarta: Gava Media).
Syukur, Abdul. 2017. Menjadi
Penulis Profesional. (Malang: Beranda).
Yunus, Syarifudin. 2010. Jurnalistik
Terapan. (Bogor: Ghalia Indonesia).
[1]
Sedia Willing Barus, Jurnalistik
Petunjuk Teknis Menulis Berita, (Jakarta: Erlangga, 2010), hal. 27.
[2]
Andri Kristanto, Perancangan Sistem Informasi dan Aplikasnya, (Yogyakarta:
Gava Media, 2008), hal. 46.
[3]
Abdul Syukur, Menjadi Penulis Profesional, (Malang: Beranda, 2017), hal.
65).
[4]
Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010),
hal. 128-129.
[5]
Azwar, 4 Pilar Jurnalistik, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), hal.
95.
[6]
Syarifudin Yunus, Op.Cit., hal. 129-130).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah yang sopan dan jangan buang waktu untuk melakukan spam. Terima kasih.