Halaman

Senin, 09 Desember 2019

Bahasa Jurnalistik

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang.
Alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi antara satu sama lain adalah bahasa. Bahasa diciptakan agar manusia dapat berpikir dan berkembangdari yang awalnya kosong jadi isi.Bahasa diciptakan dalam berbagai macam. Contohnya saja kita yang hidup di negaraIndonesia maka bahasa yang digunakannya pun bahasa Indonesia berbeda dengan mereka yang di Malaysia mereka mengunakan bahasa melayu begitulah selanjutnya mereka mengunakan bahasa sesuai dengan daerah,negara masing-masing. Bahasa Indonesia yang kita gunakan juga dapat diartikan sebagaibahasa kesatuan nasional. Sementara itu fungsi bahasa Indonesiaantara lain sebagai berikut:
1.    Sebagai lambang negara.
2.    Lambang identitas negara.
3.    Alat penghubung antarwarga, antardaerah, antarbudaya.
4.    Menyatukan berbagai suku bangsa dengan latar belakang yangberbeda-beda.
     Dalam karya tulis ini saya membahas bahasa Indonesia dalam bahasa jurnalistik dalam media massa. Bahasa merupakan alat yangdapat digunakan sebagai bahasa media massa untuk menunjang perkembanganilmu pengetahuan dan teknologi. Penyajian bahasa media massa sangatlahkomunikatif artinya dalam penyampaian sebuah persoalan langsung pada pokok persoalan sedangkan spesifik adalah penyampaian kata-kata padat dan singkat namun mudah dimengerti dan tidak berubah daritopik.



B.       Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan pengertian bahasa jurnalistik ?
2.      Apa saja yang menjadi dasar bahasa dalam jurnalistik ?
3.      Apa saja kesalahan-kesalahan bahasa dalam jurnalistik ?
4.      Apa peran Pers dalam bahasa ?

C.      Tujuan
1.      Agar mengetahui Apa yang dimaksud dengan pengertian bahasa jurnalistik .
2.      Agar mengetahui Apa saja yang menjadi dasar bahasa dalam jurnalistik
3.      Agar mengetahui Apa saja kesalahan-kesalahan bahasa dalam jurnalistik
4.      Agar mengetahui Apa peran Pers dalam bahasa ?



BAB II
PEMBAHAHASAN
A.      Pengertian Bahasa Jurnalistik
Bahasa jurnalistik merupakan bahasa komunikasi massa sebagai bahasa dalam harian-harian surat kabar dan majalah yang digunakan oleh wartawan atau jurnalis dalam menulis karya-karya jurnalistik. Bahasa jurnalistik juga merupakan bahasa komunikasi massa baik komunikasi lisandi media elektronik maupun komunikasi tertulis di media cetak di media koran ,majalah dengan ciri khas singkat, padat, dan mudah dipahami.Dengan demikian, bahasa Indonesia pada karya-karya jurnalistiklah yang dikategorikan sebagai bahasa jurnalistik ataubahasa pers. Bukan karya-karya opini (artikel danesai).
Bahasa Jurnalistik memiliki dua ciri utama : komunikatif dan spesifik. Komunikatif artinya langsung ke pokok materi atau ke pokok persoalan, bermakna tunggal, tidak konotatif, tidak bertele-tele, dan tanpa basa-basi. Spesifik artinya mempunyai gaya penulisan tersendiri, yakni kalimatnya pendek-pendek namun kata-katanya jelas, dan mudah dimengerti orang awam.Bahasa Jurnalistik hadir atau diperlukan oleh insan pers untuk kebutuhan komunikasi efektif dengan pembaca (juga pendengar dan penonton).
B.       Dasar Bahasa Jurnalistik
Jurnalistik menurut ilmu publisistik (dalam kertapati 1981), merupakan suatu cara menyampaikan isi pernyataan melalui media massa. Berarti sarana yang digunakan bisa media cetak (surat kabar tabloid atau majalah) atau media elektronik (radio, televisi, film, atau e-news). Karena ragam bentuk jurnalistik itulah, pengguna bahasa indonesia dalam jurnalistik beragam pula, tergantung media yang digunakan. Anwar (1984) menjelaskan bahasa indonesia jurnalistik memiliki dasar berikut :
1.    Singkat Dan Padat
Bahasa indonesia jurnalistik harus singkat dan padat. Artinya, penulisan kalimat sebuah berita tidak bertele-tele, harus sarat makna. Guna mewujudkan hal itu perlu kecermatan dalam menggunakan panda baca. Sebuah kalimat usahakan tidak lebih dari 20 kata. Sebab berdasarkan penelitian, kalimat yang lebih panjang dari itu akan sulit dipahami.
2.    Jelas Dan  Logis
Bahasa indonesia yang digunakan harus jelas, mudah dipahami. Itulah sebabnya kalimat harus disusun singkat dan padat. Hindari kata-kata istilah asing dengan menggunakan padan katanya, kecuali yang sudah umum. Bila belum ada padan katanya, bisa menggunakan penjelasannya.
Selain jelas, bahasa jurnalistik harus logis. Artinya, kalimat yang ditulis harus bisa diterima nalar dan isi kalimat dapat dimengerti. Isi yang terkandung harus menunjukkan kejernihan berpikir dan keruntutan penalaran. Jangan sampai isi kalimat mengandung makna ganda yang menimbulkan pertanyaan.
3.    Hemat Dan Menarik.
Penggunaan bahasa jurnalistik singkat, padat, jelas dan logis, akan memudahkan wartawan menulis berita yang hemat dan menarik. Kedua persyaratan itu merupakan keharusan, karena sebuah kalimat meskipun hemat, tetapi tidak menarik tetap saja tidak disukai pembaca atau pemirsa. Guna menulis hemat dan menarik itu harus mempelajari rincian, materi tulisan, sasaran pembaca, gaya bahasa serasi dan pilihan kata yang tepat sesuai materi dan sasarannya.
Selain hemat dalam memilih kata dalam kalimat, wartawan atau reporter juga harus menghindari kata-kata mubazir dalam kalimat. Katamu banjir merupakan partai yang bila dibuang tidak mengubah atau merusak arti kalimat itu.
4.    Cermat Dan Menggunakan Bahasa Baku
Dalam menulis, seseorang harus cermat menempatkan kata yang tepat dan perlu diingat, jangan menggunakan kata berulang-ulang dalam satu kalimat atau satu tulisan, sehingga tidak membosankan. Selain itu, harus tetap menggunakan bahasa baku yang telah dipelajari sejak SD dan pengetahuan itu tetap digunakan.
Ada satu catatan yang perlu diingat, penulisan di media massa tidak mengenal penyebutan "kehormatan" yang biasa dipakai dalam bahasa lisan di masyarakat. Jadi kata bapak, beliau, Yth. Dan sejenisnya tidak ada dalam berita, kecuali memang gelar khas yang melekat pada diri orang itu. 
C.   Kesalahan  Bahasa
          Meskipun sudah keharusan dan disepakati bila pers Indonesia menggunakan bahasa baku ( kecuali pers yang memang menggunakan bahasa daerah atau asing yang terbit di indonesia), tetapi ketidaktaatan terhadap bahasa baku ini masih sering dilakukan pers Indonesia. Banyak berita dibuat dan diinformasikan ke masyarakat dengan berbagai kekeliruan dan kenyataan tersebut sering dipersoalkan pengamat bahasa. Mengemukakan beberapa penyimpangan bahasa jurnalistik disbanding dengan kaidah bahasa Indonesia baku, yang akan diuraikan berikut ini.
1.    Kesalahan Sintaksis
Kesalahan ini berupa kesalahan pemakaian tata bahasa atau struktur kalimat yang kurang tepat sehingga sering mengacaukan pengertian. Hal ini sering ditemui disebabkan logika yang kurang bagus.
2.    Kesalahan Ejaan Dan Kata
Kesalahan ini hampir setiap hari dijumpai dalam surat kabar, misalkan dalam penulisan kata, seperti: jumat ditulis jum’at, khawatir ditulis hawatir atau kawatir, jadwal ditulis jadual, dan kata-kata lainnya.belum lagi ejaan yang perlu kepastian dalam penulisannya, seperti Menado atau Manado, Jogjakarta atau Yogyakarta, manajemen atau menejemen  atau managemen, serta berbagai kata lainnya(yang sebetulnya semuanya itu bisa diacu kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia )
3.    Kesalahan Pemenggalan
Kesalahan ini menyebabkan muncul kesan di media cetak  kata yang tidak muat dalam satu garis dibuat asal penggal saja. Kesalahan pemenggalan itu terjadi pada umumnya karena dalam computer, pemenggalan dalam penggunaan bahasa inggris, bukan bahasa Indonesia, sedangkan petugas koreksi (korektor) Di media cetak biasanya tidak memiliki waktu untuk memperbaiki kesalahan pemenggalan yang cukup banyak itu. Kesalahan demikian dapat diantisifasi dengan mengubah progam pemenggalan di computer media menjadi program pemenggalan bhasa Indonesia.
Tentu saja, kalangan pers dapat beralasan, media memiliki keterbatasan dan keunikan tersendiri, seperti terbatasnya ruangan (halaman) dan waktu tayang (elektronik) serta waktu (dikejar deadline), sedangkan penggunaan bahasa Indonesia harus efisien.
4.    Lima Kendala Utama
Selain kesalahan bahasa, terdapat lima kendala utama yang harus diwaspadai wartawan atau reporter guna dapat menulis berita yang menarik. Diantaranya:
a.    Menulis dibawah Tekanan
Dalam menulis berita, wartawan atau reporter dituntut memiliki kecepatan. Dalam arti harus segera menyusun berita karena dikejar batasan waktutayang (media elektronik) dan deadline yang harus ditepati (media cetak). Akibatnya, wartawan sering menulis tergesa-gesa sehingga tidak punya waktu memperindah tulisan dengan pilihan kata-kata yang tepat atau membuang kalimat yang tidak perlu supaya membuat tulisan yang buruk menjadi lebih sempurna.
b.    Kemasa-bodohan Dan Kecerobohan
Selain karena tergesa-gesa, kemalsan juga dapat membuat gaya penulisan menjadi “encer”. Tentu yang dimaksud adalah kemalasan berpikir, kemalasan mencari kata-kata atau istilah yang tepat. Seseorang cenderung mengikutiapa yang sudah dilakukan orang lain, tidak mau berusaha menciptakan sendiri. Akibat kemalasan tersebut, timbul sikap masa bodoh atau tidak peduli.
c.    Malas Mengikuti Petunjuk
Petunjuk dalam menggunakan bahasa meliputi tata bahasa, kaus dan pedoman ejaan yang disempurnakan. Masih ada media massa menulis binatang langkah (seharusnya binatang langka) atau mengucapkan kata “agar supaya” yanag sebenarnya cukup salah satu saja. Bahkan, seandainya dirinci satu per satu, tentu masih banyak kesalahan-kesalahan lain yang di media massa, meskipun tentu bukan karena kesengajaan.
d.   Ikut - ikutan
Tokoh terkenalpun sering menjadi acuan khalayak yang tidak mustahil ditiru orang banyak, hal ini akan mudah dilihat dari perilaku atau cara berpakaian, dan hal itu juga terjadi dalam hal berbahasa. Dulu, ketika masa pemerintahan presiden Soekarno, banyak petinggi Negara mengucapkan akhiran kan kenjadi ken.
e.       Merusak Arti
Pilihan kata merupakan hal yang penting dalam menulis, terutama menulis berita bagi media massa. Kata yang dipilih untuk kalimat harus tepat. Contoh “memukul” tidak sama dengan “meninju”kecuali mungkin dalam bahasa dialek Betawi “Jakarta”. Memukul biasanya menggunakan alat sedangkan meninju menggunakan kepalan tangan dan banyak contoh lain yang dapat dicari.
D.   Peran Pers dalam Bahasa
Gaya bahasa penulisan berita, menurut Assegaf (1983),, langsung menjamah materi, tidak dengan “bunga-bunga” atau bertele-tele. Gaya bahasa nya sederhana, dengan kalimat pendek-pendek, menggunakan kata yang jelas dan mudah dimengerti serta langsung mengenai pokok permasalahan.
Gaya bahasa media massa memang berbeda dengan gaya bahasa sastra, karena orang membaca surat kabar berbeda dengan membaca novel dan hasil sastra lainnya, atau orang mendengar berita berbeda dengan pemirsa sinetron atau cerita bersambung di radio.
Pembaca berita di surat kabar banyak yang merupakan kelompok orang yang hidup dalam keadaan bergegas dan terserap hiruk pikuk kehidupan. Banyak yang menilai pembaca surat kabar hanya mereka yang membaca “kepala” berita, mereka tidak sempat membaca secara lengkap. Mereka hanya ingin tahu informasi yang diberitakan.
Kekhawatiran tentang pengaruh media terhadap bahasa itu meliputi: masuknya kata dari bahasa daerah yang belum lazim diterima masayarakat, misalnya kata “satron” itu, bagi masyarakat Jakarta atau Betawi sudah dimengerti, begitu juga “mbalelo”, bagi masyarakat jawa tidak masalah, bagaimana dengan daerah lain? Sedang media massa tersebar atau tersiar dari Aceh hingga Papua.
Judul merupakan pemadatan dari isi berita, namun harus mecerminkan isi berita, tetapi runag yang tersedia menulis judul terbatas. Karena itu, judul berita terpaksa menggunakan bahasa singkat dan padat. Judul harus memiliki daya Tarik supaya orang ingin membaca beritanya. Supaya menarik, judul harus dibuat menonjol, mudah dipahami, dan (minimal) membuat orang ingin tahu apa isi berita di media massa itu.
Media massa membuat semakin banyak penggunaan istilah asing dalam media massa yang terkadang sebagian sudah ada apada kata dalam bahasa Indonesia, tetapi juga banyak yang hingga kini memang belum ada katanya, seperti off the record dan on the record.
Persoalan lainnya menyangkut singkatan (akronim) yang semakin banyak. Singkatan yang banyak itu sebelumnya dibuat kalangan militer dan dinas-dinas khusus untuk kepentingan intern lembaga itu yang akhirnya masuk ke media massa. Sedangkan dilingkungan per situ sendiri karena kendala teknis, muncul dorongan menggunakan akronim, misalnya Jakarta Pusat disingkat Jakpus, sudah merupakan singkatan, tetapi program ABRI Masuk Desa disingkat lagi menjadi AMD.
Selain dari sisi penulisan, sisi pengucap juga sering menjadi masalah. Nama tempat diberbagai belahan bumi ini belum seragam, akibatnya menulis dan megucapkan nama-nama itu menimbulkan persoalan, mana yang benar. Misalnya, mana yang benar Jogyakarta atau Yogyakarta?, Menado atau Manado?, Kamboja atau Kambodia?, Moskow atau Moskwa?, dan tentu masih banyak contoh lainnya.
Kini masalah ejaan nama tempat dan orang sudah ada pemecahannya, karena Lembaga Bahasa Nasional sudah menyusun patokan, sedang dari media massa, Lembaga Kantor Berita Nasinal “Antara” merumuskan buku gaya bahasa yang menjadi pegangan pada redaktur dikantor berita tersebut. Diharapkan, penulisan nama dan tempat nanti bisa seragam, meskipun begitu tetap diperlukan kehati-hatian. Yang pasti, untuk menggunaan kata yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan (EYD), saat ini kita bisa berpatokan kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa dengan Balai Pustaka, bahkan juga sudah ada aplikasi darinya, termasuk juga di Android.
Masalah yang paling baru, banyaknya presenter televisi dan radio yang siarannya untuk kelompok remaja mencampur-adukkan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris, tentu saja bagi mereka hal itu terlihat keren atau cool, tetapi pada bagian lain tentu kita sepakat cara itu tidak mendidik masyarakat dalam hal berbahasa Indonesia.
Namun, dibalik kekurangan media massa tersebut, bangsa ini juga harus jujur, tidak sedikit peran positif media massa dalam perkembangan bahasa Indonesia, media massa merupakan institusi yang berperan sangat aktif untuk menyebarkan bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan seperti sekarang ini. karena setiap daerah di Indonesia ini memiliki bahasa ibu masing-masing, sehingga awalnya bahasa Indonesia tentu belum merata dikuasai masyarakat. Secara tidak langsung, media massa sudah bertidnak sebagai “guru” bahasa Indonesia dan ilmu pengetahuan lain lagi bagi masyarakat dengan segala kekurangan dan keterbatasannya.


BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Bahasa jurnalistik merupakan bahasa komunikasi massa sebagai bahasa dalam harian-harian surat kabar dan majalah yang digunakan oleh wartawan atau jurnalis dalam menulis karya-karya jurnalistik. Bahasa Jurnalistik memiliki dua ciri utama : komunikatif dan spesifik. Komunikatif artinya langsung ke pokok materi atau ke pokok persoalan, bermakna tunggal, tidak konotatif, tidak bertele-tele, dan tanpa basa-basi.
Dasar-dasar  bahasa jurnalistik adalah:
1.    Singkat dan padat
2.    Jelas dan logis
3.    Hemat dan menarik
4.    Cermat dan menggunakan bahasa baku
      Kesalahan-kesalahan dalam bahasa
1.    Kesalahan sinteksis
2.    Kesalahan ejaan dan kata
3.    Kesalahan pemenggalan
4.    Lima kendala utama
a.    Menulis dibawah tekanan
b.    Kemasa-bodohan dan kecerobohan
c.    Malas mengikuti petunjuk
d.   Ikut-ikutan
e.    Merusak arti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah yang sopan dan jangan buang waktu untuk melakukan spam. Terima kasih.