Oleh: Sri Hartini (1608101103)
Tanggal
23/11/2019 Setiap akan musim hujan “musim rendeng” tiba, di Cirebon khususnya 4
desa yaitu; Desa suranenggala, Desa Suranenggala Lor, Desa Suranenggala Kidul,
Desa Suranenggala Kulon mengadakan acara kunjungan yang berpusat di makam Buyut
Ki Pati Waringin dan pagelaran wayang di setiap desanya. Tradisi ini dilakukan
setahun sekali. Menurut nara sumber yang kami wawancarai bapak sujana (75thun) selaku juru kunci Buyut
Ki Pati Waringin. tujuan dilakukannya kunjungan/sedekah bumi karena segala
sesuatu yang kita lakukan seperti Buang hajat, makan, tidur itu di bumi maka
selayaknya kita harus turut bersyukur, dan juga mengharap agar selalu di beri
kesehatan anak cucunya. Setelah itu akan diadakan Istighosah bersama “ngarwak”(menurut bahasa cirebon).
Adapun hal-hal yangdilakukan di acara tradisi
ini antara lain;
1. Gamelan
Gamelan
ini bertujuan untuk menyambut kedatangan tamu. Setiap tamu yang datang, gamelan
akan dimainkan. Gamelan ini diambil dari kisah seorang waliAllah yaitu sunan
kali jaga, ketika menyebarkan ajaran islam unutk menarik masyarakat agar masuk
pada agama islam.
2. Istighosah
Istighosah
bersama. Dari ke empat rombongan aparat desa masuk dalam pendopo dipimpin oleh
juru kunci kebetulan yang menjadi juru kunci bapak sujana.
3. Nasi
tenong
Nasi
tenong merupakan hidangan yang dimakan bersama pemerintah desa dan masyarakat.
Nasi tenong juga bisa dikatakan nasi
komplit karena dengan berbagai macam lauk (bekakak ayam, ikan asin, telor
asin, tahu, tempe, cemplung). Nasi
tenong ini selalu jadi icon berebut dalam adat desa NGUNJUNG. Nasi tenong bertujuan untuk memenuhi hajat
dari setiap orang yang memilki hajat. Nasi tenong biasanya berisi , nasi dalam
panjang, lauk pauk, dan buah-buahan. Pada umunya buah pisang.
4. Curak/tawur
Curak/tawur
bertujuan nadzar dari orang yang memilki hajat disamping itu juga mereka
beranggapan curak itu bisa menolak bala dan juga curak/tawur merupakan salah
satu tradisi peduli pada sesama sedekah, yang berharap semoga rizki yang di
dapat membawa berkah.
5. Pagelaran
Wayang
Pagelaran
wayang dilakukan sebagai tradisi tahunan yang bertujuan untuk hiburan tamu
undangan. Disamping itu juga ada makna
dalam pemeranan wayang kulit. Contohnya jika siang hari maka lakon yang harus
di mainkan dengan lakon “bumi lokal” karena pada zaman dulu ketika akan musim
tandur, petruk, gareng, semar itu mencari bibit-bibit (padi, labuh, dsb) yang
akan di tanam maka lakon yang harus di mainkan bumi lokal.
Acara ini dilakukan 2 kali dalam setahun yaitu akan musim hujan dan
akan musim panen padi yaitu biasa disebut “mapag Sri”. Dengan adanya tradisi
kunjungan ini masyarakat berharap bahwa disamping hasil bumi yang mereka tanam
dapat di panen dengan melimpah juga selalu menjaga tradisi nenek moyang yang
sedari dulu tradisi ini dijalankan, karena zaman milineal ini sangat
berpengaruh terhadap adat dan tradisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah yang sopan dan jangan buang waktu untuk melakukan spam. Terima kasih.